Ada dua kelompok ilmuwan yang mengemukakan paham yang berbeda tentang
asal-usul makhluk hidup, yaitu paham abiogenesis dan paham biogenesis.
I. Paham
Abiogenesis
Paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham Generation Spontaneae. Para ilmuwan pendukung paham abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
Paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham Generation Spontaneae. Para ilmuwan pendukung paham abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
1. Ikan dan katak berasal dari lumpur.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Tokoh paham abiogenesis adalah seorang filosif Yunani bernama Aristoteles
(384-322 SM). Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila
menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur
tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian,
Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
II. Paham
Biogenesis
Para ilmuwan yang dikenal dengan paham abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Tokoh yang merintis paham biogenesis adalah ilmuwan Itaalia bernama Fransisco Redi (1626-1799),.
Para ilmuwan yang dikenal dengan paham abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Tokoh yang merintis paham biogenesis adalah ilmuwan Itaalia bernama Fransisco Redi (1626-1799),.
Fransisco Redi, berdasarkan hasil percobaannya, berpendapat bahwa belatung
yang terdapat pada daging busuk bukan berasal dari daging, tetapi berasal dari
telur lalat yang ada pada daging. Percobaan ini kemudian disempurnakan oleh
Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis,
1822-1895).
A) Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut :
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut :
·
Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup
rapat-rapat.
·
Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap
terbuka.
·
Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada
tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples
tersebut diamati.
Dan hasilnya sebagai berikut:
Dan hasilnya sebagai berikut:
·
Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik /
larva atau belatung lalat.
·
Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva
atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa
larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III
bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang
ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan
lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain
kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada
dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.
B) Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Spallanzani mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu.
Percoban yang dilakukan Spallanzani adalah sebagai berikut:
Spallanzani mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu.
Percoban yang dilakukan Spallanzani adalah sebagai berikut:
·
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama
beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
·
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus.
Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar
rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II
didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas
dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan
pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
·
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah
keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada
labu I ini banyak mengandung mikroba.
·
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap
jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba.
Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga
banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya
tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan
bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu
(benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan
karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara ke dalam air kaldu
tersebut.
C) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur adalah sebagai berikut :
Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur adalah sebagai berikut :
·
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan
gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu,
labu dipanaskan atau disterilkan.
·
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang
aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu
tersebut tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
·
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan
sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan
udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang aman selama
beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam
labu meanjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Melalui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme
yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari
pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa.
Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan
mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal
ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara
untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu
pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan
ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat
pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukan pipa, air
kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi
mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak),
mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan
beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh
mikrooranisme tersebut.
Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau
generation spontanea, yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda
mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani dan Pasteur tersebut, maka
tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul
makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
1. Omne vivum ex ovo =
setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
2. Omne ovum ex vivo =
setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo =
setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan
paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham
Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup
yang pertama kali terjawab.
Sumber : http://www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar